Jalan di Atas Keindahan Dieng
Trip #2| Setiap orang memiliki sudut pandang keindahannya masing-masing tentang Dieng.
Bagi setiap orang yang menyukai traveling mencari keindahan alam, saya rasa tidak asing lagi dengan daerah Dieng yang biasanya dijuluki dengan sebutan “negeri di atas awan”. Beberapa hari yang lalu saya melakukan perjalanan dari Jogja menuju Dieng dengan tujuan mencari pemandangan yang benar-benar memanjakan mata dan pikiran, perjalanan dari Jogja saya tempuh menggunakan kendaraan roda dua dengan waktu perjalanan dua setengah jam.
Perjalanan kali ini memang sangat tidak biasa, karena saya berusaha mengalihkan isi pikiran yang sedang semrawut untuk bisa kembali lagi produktif di keesokan harinya. Karena saya rasa, keindahan alam akan memberikan dampak positif pada suasana hati untuk kembali lagi bersuka ria menghadapi tantangan selanjutnya.
Memulai perjalanan dari Jogja pukul 4.40 WIB membuat bulu kuduk berdiri sepanjang jalan, bukan karena merinding tapi karena dinginnya perjalanan pagi dan disambut oleh gerombolan monyet yang posisinya seperti mengajak tawuran di sepanjang jalan. Bagi saya sendiri, Dieng adalah tempat yang wajib dikunjungi beberapa kali sebelum tidak memiliki waktu untuk menjelajahi alam dengan mencari kesejukan bagi mata dan pikiran.
Makanan Andalan di Atas Awan
Sesampainya di Dieng tentunya tidak lupa untuk memakan makanan khas di dataran tinggi yaitu mie dengan pemandangan gunung sindoro. Bagi saya sendiri mie adalah makanan wajib ketika berada di dataran tinggi, walaupun memang sebenarnya mie adalah makanan biasa bagi mahasiswa rantau. Tapi, makan mie instan termasuk mie ongklok salah satunya merupakan hal yang istimewa. Kombinasi mie dengan suasana dataran tinggi menjadikan mie sebagai makanan kasta tertinggi ketika di dataran tinggi, mengalahkan rasanya mie dok dok ala burjo dekat kampus. Jika berangkat pagi dari Jogja menuju Dieng, tujuan pertama kebun teh tambi dan gardu pandang tieng menjadi tempat rekomendasi untuk pertama kalinya berkenalan dengan sejuknya suasana disana dan sekaligus bisa melakukan mindfulness karena tempatnya memang tentram dan damai ketika pagi-pagi sampai disana.
Menuju ke gardu pandang sangat membutuhkan perjuangan yang lumayan berat karena di tengah-tengah perjalanan disambut dengan rintikan hujan, kabut yang mulai menutupi jarak pandang, dan saya hendak di begal oleh gerombolan monyet. Kalaupun jadi di begal, saya lebih memilih untuk bernegosiasi dengan kepala suku gerombolan monyet tersebut untuk bernegosiasi menukarkan boncengan saya dengan salah satu monyetnya.
Bunga-bunga Indah Dataran Tinggi
Merasakan interaksi dengan keindahan alam menjadikan ketenangan tersendiri bagi batin dan pikiran, percaya atau tidak bagi orang yang sudah benar-benar bosan berminggu-minggu menghadap layar laptop lalu meluangkan waktu untuk berdampingan dengan alam, akan merasakan bagaimana keindahan alam membuat batin dan pikiran menjadi damai.
Beberapa tanaman yang saya temukan tidak terdapat di sekitaran tempat tinggal saya, mungkin karena tanaman itu hanya bisa tumbuh dengan sangat indah di dataran tinggi. Setelah dari gardu pandang kami menuju ke telaga warna dan bergeser ke bukit batu pandang yang memang katanya dari atas bukit dapat melihat jelas perbedaan air pada telaga tersebut. Layaknya perbedaan sifat seseorang jika hanya mengetahui secara kejauhan, memungkinkan untuk tidak mengetahui secara jelas bagaimana orang tersebut.
Beberapa lokasi di sekitaran Dieng memang berdekatan, salah satunya dari gardu pandang menuju ke telaga warna, bukit batu pandang, sampai ke daerah pusatnya dieng plateu. Memang benar jika ragamu berada di atas bukit atau gunung akan merasakan keindahan yang akan terekam oleh mata dan mengalir sampai takjub mata memandang dari ketinggian.
Sayangnya selama masa pemberlakuan PPKM, hanya bisa mengunjugi beberapa lokasi dan beberapa lokasi hanya dilewati. Namun tetap bisa melihat dari kejauhan, karena sejauh mata memandang keindahan akan tetap bisa dirasakan.
Prinsip Perjalanan Jauh
Beberapa lokasi wisata di daerah Dieng memang sangat berdekatan, oleh karena itu saya sendiri punya prinsip jika melakukan perjalanan jauh tidak tanggung-tanggung untuk mengunjungi beberapa lokasi yang berdekatan dan terlewati. Seperti jarak dari gardu pandang atau telaga warna menuju ke curug sikarim atau derah bukit sikunir tidaklah jauh, karena hanya membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit.
Akan tetapi, jika menggunakan roda dua sangatlah membutuhkan keahlian dalam bidang pengereman karena jalurnya turunan dengan jarak pandang sangat dekat terhalang oleh kabut. Untungnya ada warga yang menawarkan bantuan untuk menunjukan jalan agar tidak salah jalan yang terhalang oleh kabut, menariknya juga memang warga di sini sangatlah ramah dan masih adanya budaya gotong royong serta saling tolong menolong tanpa pamrih. Selama perjalanan menuju beberapa tempat, saya memang merasakan berjalan seperti diatas awan layaknya tempat suci yang tidak ada manusia-manusia yang tidak mengotori indahnya alam ciptaan Tuhan.
Jalan yang Diridai
Memang benar jika jarak pandang hanya terlihat beberapa meter saja, jadi penglihatan cukup awas agar tidak salah jalan. Rasanya ketika berada dalam situasi jalan ditutupi oleh kabut, bisa mengandalkan dengan felling untuk menunjukan mana jalan yang benar dan diridai. Selama perjalanan jika mengalami kendala ragu untuk melanjutkan perjalanan karena jalur yang sudah terhalang kabut tebal, biasanya jika ada warga yang melewat akan senang hati untuk menolong mengarahkan jalan. Hal ini juga memang membuktikan jika masyarakat Indonesia bagian dari warga teramah di dunia jika kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Hingga pada akhirnya saya tidak ragu untuk melanjutkan perjalanan karena dibantu oleh warga yang mengarahkan jalan menuju lokasi curug sikarim, sesampainya disana memang agak menyesal karena pemandangan terhalang oleh kabut. Namun tetap bisa merasakan sejuknya aliran air terjun yang sangat menyejukan jika mencoba membasuh wajah dengan air terjun. Jika selama perjalanan menemukan tempat yang sangat sayang untuk dilewatkan, jadi bisa berhenti di beberapa tempat seperti di perkebunan warga yang di atas kabut atau bisa juga sebenarnya disebut perkebunan di atas awan.
Selesainya perjalanan dari Dieng jika memiliki prinsip tidak tanggung-tanggung, bisa sekalian jalan pulang melewati daerah Posong atau Parakan di Temanggung. Seharian di Dieng memang cukup terasa capenya, tapi sepadan dengan puasnya bisa mendatangi beberapa lokasi yang tidak tanggung-tanggung agar bisa merasakan esensinya alam memberikan ketenangan bagi batin dan pikiran.